Menggelar Alquran Terpanjang di Dunia
Meski memangkas gaji dan pensiun, Iskandar ikhlas demi terwujudnya Mushaf Alquran 'Incong Kincai'.
Lebih dari 100 ribu umat Islam yang memadati ruang utama shalat di lantai dua Masjid Istiqlal sontak berdiri. Bidikan kamera pun terarah pada kain batik berwarna dasar hitam yang bertuliskan ayat-ayat suci Alquran. Istimewanya, kain itu merupakan Alquran terpanjang di dunia
Bentangan Alquran sepanjang 1.919 meter di tangan puluhan mahasiswa Universitas Islam As-Syafi'iyah (UIA) Jakarta itu mengundang decak kagum jamaah dan pejabat pada tasyakuran 25 tahun sekaligus pembukaan Muktamar VI Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT), Sabtu (22/7) pagi itu. Tak urung Presiden dan istri, Ketua MPR, dan Menteri Agama serta Ketua Umum BKMT Dr Hj Tutty Alawiyah AS berfoto bersama dengan latar belakang Alquran terpanjang itu.
Sebelum meninggalkan masjid Istiqlal, secara khusus Presiden dan Ani Susilo Bambang Yudhoyono menyalami Iskandar Zakaria, penulis Alquran itu, dan mengucapkan selamat atas karyanya yang sangat fenomenal. Iskandar yang didampingi sang istri, tak kuasa menahan rasa haru. ''Saya benar-benar tak menduga bila akhirnya bertemu presiden pada hari ini,'' ungkap pria kelahiran Kerinci, Jambi, 13 April 1942 ini.
Perjalanan Iskandar menuliskan Alquran itu pun tak kalah panjangnya. Ia memulai karyanya pada 19 Mei 1996, tepat 1 Muharam 1417 H. Dibantu 21 rekannya dari Sanggar Seni Ilok Rupo, Kerinci, Jambi, ia bisa menyelesaikannya dalam waktu 8,5 tahun.
''Ya, setiap harinya tak kurang dari delapan jam saya menyalin huruf-huruf Alquran,'' ungkap Iskandar sambil sesekali mengusap air mata, mengenang perjalanannya yang panjang. Biasanya ia menyalin sehabis shalat Dluha selama empat jam, dilanjutkan selepas shalat Dzuhur, dan biasanya diteruskan malam hari. Untuk mewujudkan karyanya, Iskandar ingat benar, ia terpaksa mengeluarkan uang dengan memangkas gaji serta pensiunnya.
Memendam keinginan
Sebenarnya, pada tahun 1980-an sudah tebersit keinginannya untuk menyalin Alquran dengan tulisan tangan pada kertas tebal. Sayangnya, ia belum punya kesempatan karena masih menjabat penilik Kebudayaan Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Sungai Penuh. ''Ditambah lagi anggaran belum ada. Terpaksa, keinginan itu dipendam dulu,'' tuturnya sambil melempar senyum.
Saat Festival Istiqlal di Jakarta pada 1995 yang gaungnya cukup besar, Iskandar ikut terlibat. Ia ditunjuk sebagai Tim Sike Rebana/Tim Kesenian Provinsi Jambi sebagai pengisi acara pembukaan. Ia berkesempatan menyaksikan penandatanganan Mushaf Alquran terbesar di dunia oleh Presiden Soeharto. ''Terus terang menyaksikan peristiwa itu, muncul kembali ide lama untuk menyalin Alquran tulisan tangan,'' paparnya.
Sepulang dari Jakarta, ia langsung membeli 40 lembar karton putih serta pensil yang dibutuhkan serta alat-alat tulis lainnya. Tulisan dituangkan dalam lingkaran. Setengah lingkaran bagian atas diisi dengan tulisan 'Incong' yang bacaannya sama dengan bacaan Alquran.
'Incong' adalah aksara kuno Kerinci yang ia pelajari tahun 1968 pada M Kabul Ahmad Dorajo, M Sulut, dan H Kadir Jamil. Mushaf Alquran disalin ini tidak berbentuk kitab, tetapi berlipat-lipat hingga bisa dipanjangkan atau direntangkan.
Surat Al Fatihah dan Al Baqarah selesai dalam waktu sekitar lima bulan. Ia berencana melapisnya dengan tinta hitam dan merah. ''Tintanya dibeli di Jambi,'' katanya.
Namun, ungkap Iskandar, Allah memberikan petunjuk agar ia membuatnya dengan bahan yang lebih baik. Muncul pemikiran baru. Mengapa tidak dibuat di atas kain putih yang dicat? Atau, mengapa tidak dibuat dengan benang emas?
Berganti bahan
Iskandar pun memutuskan untuk menghentikan penulisan Alquran di atas kertas. Ia berpikir keras ingin mewujudkannya dalam bentuk yang lebih baik dan lebih unik. ''Termasuk memikirkan anggarannya.''
Kebetulan keluarga Iskandar mempunyai usaha batik tulis secara kecil-kecilan. Timbullah pikiran baru untuk membuat Alquran bercorak batik. ''Keluarga menyambut baik. Maka ditetapkanlah mengerjakannya dengan cara membatik. Lalu dari mana anggarannya?''
Kebetulan saat itu bahan batik masih ada sedikit. Dipotonglah kain mori sepanjang lima meter itu dan pekerjaan dimulai. Hari itu tanggal 19 Mei 1996 bertepatan dengan 1 Muharram 1417 H. Dimulai dari surat Al-Ikhlas disusunlah ilustrasi dan kaligrafi yang sepadan. Berikutnya pada kain yang sama dibuat empat surat lainnya.
Karya Iskandar untuk pertama kalinya dipamerkan pada 1997, saat penyelenggarakan MTQ ke-18 di kota Jambi. Waktu itu sudah selesai 11 juz. Pengunjung menyambut batik Alquran itu.
Penulisan Alquran di atas kain itu sempat terhenti pada 1998. Pasalnya, dana habis. Sebab, ada pergantian kepala daerah Kerinci sekaligus juga pergantian ketua Tim PKK dan ketua LKPK. Padahal mereka sponsor pekerjaan tersebut. Kebetulan 1998, ia pensiun dari PNS. ''Sebagian uang Taspen yang diterima digunakan untuk meneruskan pekerjaan tersebut. Tentu saja jauh dari mencukupi,'' paparnya.
Bantuan mengalir
Untunglah setahun kemudian bantuan mulai mengucur. Bupati Kerinci yang dijabat oleh H Fauzi Siin dan Ketua Tim PKK Kerinci Hj Murni Fauzi membantu masing-masing Rp 3 juta dan Rp 5 juta. Bahkan, Hj Jamilah Janan Thaib, ibu dari Murni Fauzi, pun membantu Rp 1,5 juta. Mulai tahun 2000 pekerjaan diteruskan sampai pertengahan tahun itu selesai sebanyak 17 juz atau sepanjang 1.200 meter.
Tahun 2001 diselenggarakan MTQ ke-30 tingkat Provinsi Jambi di Kerinci. Untuk kali kedua Mushaf Alquran yang diberi nama 'Incong Kincai' itu digelar dalam kota Sungai Penuh. Sambutan hangat mengalir dari masyarakat. Beritanya disiarkan berbagai stasiun televisi dan muncul di internet.
Pada Wisata Dakwah Tingkat Nasional BKMT Tingkat Nasional 2003, Mushaf Alquran 'Incong Kincai' dikirabkan. Puncak acara itu adalah penandatanganan prasasti Mushaf Alquran 'Incong Kincai' mushaf terpanjang di dunia, oleh empat tokoh yaitu: Prof Dr HM Amien Rais, Ketua MPR-RI; Dr Hj Tutty Alawiyah AS, Ketua BKMT Pusat; Drs H Zulkifli Nurdin MBA, Gubernur Jambi; dan H Fauzi Siin, Bupati Kerinci.
''Alhamdulillah tanpa disangka sebelumnya, untuk penyelesaian Mushaf Alquran itu, di hadapan masyarakat penyalin (Iskandar --red.) menerima langsung bantuan dari Ketua MPR sebesar Rp 25 juta, Gubernur Jambi Rp 15 juta, dan Bupati Kerinci Rp 12 juta,'' ujar Iskandar penuh suka cita. Alhamdulillah, memasuki 2004 Iskandar dapat menyeselesaikan 30 juz Mushaf Alquran sepanjang 1.919 meter.
Pada awalnya Iskandar ingin membuat mushaf itu sepanjang jumlah ayat dalam Alquran yaitu 6.236 meter. Karena kesulitan dana, ia memutuskan sepanjang dua ribu meter saja.
Setelah ia mengkaji dan menganalisis angka 19 dalam Alquran, maka putuslah angka terakhir adalah sepanjang 1.919 meter. ''Tanggal 17 Ramadhan 1425 Hijriyah selesai seluruh pekerjaan. Dengan demikian, lama pekerjaan mencapai 8 tahun 5 bulan dan 12 hari menurut perhitungan masehi atau 8 tahun 9 bulan dan 17 hari menurut perhitungan tahun Hijriyah,'' ungkapnya.
Dan, tepat 22 Juli 2006 bertepatan dengan tabligh akbar, tasyakur 25 tahun serta pembukaan Muktamar VI BKMT di Masjid Istiqlal, Alquran Terpanjang di Dunia itu dipamerkan di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di hadapan para menteri dan Duta Besar serta lebih dari 100 ribu jamaah BKMT dari seluruh Indonesia.
(damanhuri zuhri )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar